Wabup meninjau petani karet
SENDAWAR-Perkebunan karet di Kutai Barat (Kubar) memegang peran
penting dalam mata pencaharian masyarakat, terutama dalam peningkatan
ekonomi kerakyatan. Karena hampir 50 persen masyarakatnya masih
tergantung dengan hasil perkebunan karet.
Dimana jumlah karet di Kubar, sekitar 42 ribu hektare dan jumlah
produksinya dalam setahun sekitar 32 ribu ton. Berarti satu bulan
mampu menghasilkan sekitar 3100 ton.“Hal ini patut dibanggakan,”ungkap
Wabup Kubar Edyanto Arkan, pada apel gabungan perangkat daerah (PD),
di lingkungan Pemkab Kubar, di halaman Kantor Bupati Kubar, belum lama
ini. Maka itu, saat ini lebih fokus yaitu peningkatan ekonomi kerakyatan
yang telah tertuang dalam misi keempat Pemkab Kubar periode 2016-2021.
Hanya saja, ada tiga hal masalah dalam perkebunan karet yang harus
diselesaikan secara bertahap.
Yakni, masalah harga karet, masalah produksi karet yang jumlah per
hektarnya menurun kemampuan produksinya. Ketiga, adalah masalah usia
karet yang sudah lebih dari 30 tahun dengan luasan kurang lebih 1200
hektare. Semua pihak terkait dapat mencermati permasalahan ini. Tentu tidak
menggunakan kekuatan APBD sendiri, tetapi bisa bersinergi dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Sebagaimana diketahui, 30 tahun lalu proyek peremajaan rehabilitasi
tanaman ekspor (PRPTE) dan proyek tree crops smallholder sector
project (TCSSP) atau P2BPR (proyek pengembangan budidaya perkebunan
karet) di Kubar ini, telah dibiayai oleh pusat. “Mudah-mudahan jalur
ini bisa dilaksanakan kembali, untuk merehabilitasi sekitar 1200 kebun
karet yang usianya diatas 30 tahun,”terangnya.
Dalam komitmen pimpinan daerah dengan masyarakat Kubar, pada 2016
lalu, harga karet sekitar Rp4,500 per kilogramnya. Hal ini sungguh
miris mendengarnya. Waktu itu, kita berkomitmen mengusahakan harga
karet terjadi peningkatan.
Mungkin sudah mendengar, masalah pemasaran karet ini bukan dari
kapasitas tampung karet? Tetapi adalah masalahnya bagaimana
menggabungkan dan mengkomunikasikan antara pasar karet dengan
petaninya.
Pasar karet di Kubar, sekitar 2017 lalu. Hanya satu-satunya ke
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, dengan jarak sekitar 1000
kilometer lebih. Itu pun memerlukan ongkos angkut yang cukup besar.
Maka itu, pada 2017 itu juga pemerintah bersama perangkat daerah
terkait berkunjung ke Pabrik Karet PT Multi Kusuma Cemerlang
(MKC) di Kecamatan Palaran Samarinda Seberang.
Pabrik tersebut, menerima karet yang bersih dengan kadar karet kering
yang terukur, setelah diukur dilaboratorium. Harga jual terakhir,
salah satu kampung di wilayah Kubar menjualnya dengan harga, Rp10.300
per kilogramnya.
Hal ini perlu dimanfaatkan dan mengoptimalisasi pasar yang ada dan
lebih dekat dari Banjarmasin. Berapa pun jumlah karet yang mau dijual,
pihak pabrik siap menampung. Jadi bukan masalah pembangunan dan
kapasitas pabrik karetnya. Tetapi bagaimana pihak terkait dan semuanya
mengawal petani karet dapat memenuhi kualitas karet sesuai yang
diisyaratkan oleh pabrik karet tersebut.
Selain itu, Kubar juga memiliki pabrik industri pengolahan karet milik
PT Davco Sendawar Industri (DSI), berada di Kampung Rejo Basuki
Kecamatan Barong Tongkok. “Hasil peninjauan bersama Forkopimda, pabrik
ini sudah mengumpulkan karet sekitar 7 ton dan sekarang ini, dicek
sudah terkumpul 50 ton,”katanya.
Sedangkan untuk harga beli saat ini sekitar Rp8 ribu per kilogramnya.
Ini suatu hal yang menggembirakan. Artinya, yang telah memenuhi
standar pabrik itu, sudah disimpan 30 hari. Untuk disimpan sekitar 15
hari, pabrik terima Rp7.500, ini cukup menggembirakan.
Wabup mengimbau kepada pihak terkait agar fokus untuk mendampingi
petani karetnya. Karena apabila ini disentuh sekitar 40 ribu hektare
atau kurang lebih 20 ribu kepala keluarga x 4 orang 80 ribu jiwa yang
akan berimbas dengan perubahan harga karet ini.
Menindaklanjuti hak inj, dalam waktu dekat dinas terkait segera memanggil beberapa
petani karet, Gapoktan, pihak terkait dan PT DSI. Kemudian merumuskan
masalah karet ini secara bertahap dapat diselesaikan. (hms6)